Untuk pada kader-kader PKS perlu diketahui bahwa manusia adalah sosok
yang istimewa, memiliki indra perasa dan juga akal sebagai pembeda
dengan makhluk ciptaan-Nya yang lain. begitu tingginya nilai akal bagi
seseorang, karena tanpa akal manusia sudah tidak dapat dibedakan lagi
dengan binatang. Bentuk penghambaan manusia terhadap akal terkadang bisa
melupakan pada siapa yang telah menciptakan akal tersebut. Kita tidak
pernah menafikan perintah Al Qur’an untuk menggunakan akal, agar selalu
berfikir dan menganalisa. dan natijah (hasil) dari proses berfikir kita
terhadap sesuatu apapun, disadari ataupun tidak, kita akan menyimpulkan
bahwa hanya Allah-lah yang telah menciptakan alam semesta beserta
isinya, bahwa Allah-lah yang Maha Besar dan paling berhak untuk
disembah.
Ada segolongan manusia yang begitu mendewakan akal sehingga segala
sesuatunya haruslah selaras dan rasional, puncak tertinggi dari golongan
ini akan menghambakan dirinya terhadap akal, sehingga melupakan Dzat
pemberi akal, yakni Allah Swt. Na’udzubillah. Dengan menyadari betapa
Agungnya Sang Pencipta, pengabdian seseorang akan lebih tulus dan ikhlas
karenanya, sebab keberadaan kita di muka bumi semata-mata untuk
mengabdikan diri terhadap-Nya, sebagaimana difirmankan dalam Al Qur’an :
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz Dzaariyaat: 56).
pengabdian seorang hamba terhadap Tuhannya adalah sebuah proses untuk
menuju ketaqwaan. Dalam ayat lain disebutkan tentang ciri-ciri orang
yang bertaqwa ; Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat
itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah
beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan)
hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang
yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar
dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa. (QS. Al Baqarah: 177) manusia hanya bisa berusaha untuk
meraih predikat “taqwa”, iman seseorang dan semangat untuk melaksanakan
ritual keagamaan (sholat, puasa, haji, dll) tak pernah stabil, ia selalu
berubah, terkadang bertambah dan terkadang berkurang seiring dengan
kondisi kejiwaan ataupun lingkungan dimana dia tinggal.
kita hanya bisa terus berusaha sekuat tenaga untuk meraih predikat
tertinggi dihadapan Tuhan, dengan terus saling mengingatkan antara
sesama muslim, muhasabah annafsi (introspeksi diri), mengoptimalkan
pemberian Tuhan berupa akal dan hati nurani sehingga menyadari akan
kebesaran dan kekuasaan-Nya, berdzikir, membaca kalam-Nya yang tersirat
dan tersurat, serta usaha-usaha lain untuk selalu mendekatkan diri
kepada-Nya, karena harapan itu masih ada selama kita tetap pada jalur
yang digariskan oleh pembawa risalah Tuhan yang terakhir, Nabi Muhammad
SAW.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar