Sabtu, 28 April 2012

Harapan Itu Masih Ada...

Untuk pada kader-kader PKS perlu diketahui bahwa manusia adalah sosok yang istimewa, memiliki indra perasa dan juga akal sebagai pembeda dengan makhluk ciptaan-Nya yang lain. begitu tingginya nilai akal bagi seseorang, karena tanpa akal manusia sudah tidak dapat dibedakan lagi dengan binatang. Bentuk penghambaan manusia terhadap akal terkadang bisa melupakan pada siapa yang telah menciptakan akal tersebut. Kita tidak pernah menafikan perintah Al Qur’an untuk menggunakan akal, agar selalu berfikir dan menganalisa. dan natijah (hasil) dari proses berfikir kita terhadap sesuatu apapun, disadari ataupun tidak, kita akan menyimpulkan bahwa hanya Allah-lah yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya, bahwa Allah-lah yang Maha Besar dan paling berhak untuk disembah.
Ada segolongan manusia yang begitu mendewakan akal sehingga segala sesuatunya haruslah selaras dan rasional, puncak tertinggi dari golongan ini akan menghambakan dirinya terhadap akal, sehingga melupakan Dzat pemberi akal, yakni Allah Swt. Na’udzubillah. Dengan menyadari betapa Agungnya Sang Pencipta, pengabdian seseorang akan lebih tulus dan ikhlas karenanya, sebab keberadaan kita di muka bumi semata-mata untuk mengabdikan diri terhadap-Nya, sebagaimana difirmankan dalam Al Qur’an : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz Dzaariyaat: 56).
pengabdian seorang hamba terhadap Tuhannya adalah sebuah proses untuk menuju ketaqwaan. Dalam ayat lain disebutkan tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa ; Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS. Al Baqarah: 177) manusia hanya bisa berusaha untuk meraih predikat “taqwa”, iman seseorang dan semangat untuk melaksanakan ritual keagamaan (sholat, puasa, haji, dll) tak pernah stabil, ia selalu berubah, terkadang bertambah dan terkadang berkurang seiring dengan kondisi kejiwaan ataupun lingkungan dimana dia tinggal.
kita hanya bisa terus berusaha sekuat tenaga untuk meraih predikat tertinggi dihadapan Tuhan, dengan terus saling mengingatkan antara sesama muslim, muhasabah annafsi (introspeksi diri), mengoptimalkan pemberian Tuhan berupa akal dan hati nurani sehingga menyadari akan kebesaran dan kekuasaan-Nya, berdzikir, membaca kalam-Nya yang tersirat dan tersurat, serta usaha-usaha lain untuk selalu mendekatkan diri kepada-Nya, karena harapan itu masih ada selama kita tetap pada jalur yang digariskan oleh pembawa risalah Tuhan yang terakhir, Nabi Muhammad SAW.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar